BIMA, BIMA TODAY.--- Rumah Sakit Umum (RSU) Sondosia, Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima, memaksimalkan pelayanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan secar berkala dan terus melakukan evaluasi pelayanan fasilitas kesehatan.
Terkini, evaluasi BPJS terhadap pelayanan di RSUD Sondosia memperoleh skor 89. Secara angka telah melewati standar skor 88. Namun terdapat beberapa temuan yang harus ditindaklanjuti oleh RSUD Sondosia. Temuan yang dimaksud adalah yang saat ini nilainya masih 0 atau belum ada.
Direktur RSUD Sondosia, Dr. Firman, MPH, saat di konfirmasi di ruang kerjanya mengatakan, kalau rekomendasi atas temuan tersebut telah ditindaklanjuti. Beberapa area yang penilaian kami masih rendah bahkan nilai nol seperti penyediaan fasilitas mesin antrian dan layar informasi antrian pasien belum kami punyai. "Kami sudah menandatangani komitmen untuk mengusahakan sistim/IT tersebut di 2024,"jelasnya pada Kamis (19/07/2023).
Direktur yang baru menjabat ini mengaku sangat peduli dengan pelayanan pasien BPJS. Menurutnya, saat ini hasil klaim dari pasien BPJS adalah sumber utama pendapatan rumah sakit. Sehingga menurutnya, berbagai masukan untuk meningkatkan pelayanan pasien BPJS ini sangat perhatikan. “Tentu saja sesuai dengan kapasitas dan kemampuan kami,"tuturnya.
Menurut Alumni FKKMK UGM ini, beberapa upaya untuk memperbaiki pelayanan pasien BPJS diantaranya dengan melakukan kerjasama dengan beberapa apotek terdekat untuk memastikan pasien BPJS tidak membeli obat sendiri. “Khusus pasien BPJS, kita sangat ingin memberikan pelayanan terbaik sesuai harapan peserta. Meskipun kita memiliki tingkat kesesuaian dengan formularium RS mencapai 95 persen. Namun ada saja obat-obatan yang tidak tersedia. Untuk itu kami melakukan kerjasama dengan apotek sekitar untuk mengatasi ketika terjadi ketidaktersediaan obat sesuai resep ini,"terangnya.
Lanjutnya, RSUD Sondosia saat ini juga sedang menyiapkan ruang bersalin atau perawatan nifas secara bertahap. Hal ini dimaksudkan agar akses pelayanan bagi ibu-ibu hamil atau bersalin termasuk peserta BPJS menjadi lebih dekat dan mudah. “Kami memanfaatkan ruangan yang ada di belakang untuk ruang nifasnya. Sementara untuk bersalin sementara masih di VK IGD. Dokter spesialis Obgin yang bertanggung jawab juga sudah kami komunikasikan,"jelasnya.
Sebagaimana diketahui, RSUD Sondosia sejatinya memiliki lokasi yang sangat strategis. Berdiri di pinggir jalan negara yang terletak di Kecamatan Bolo, membuat akses ke RS relatif mudah. Sarana dan Prasarana termasuk SDM khususnya dokter spesialis yang belum menetap menjadi salah satu kendala utama kunjungan pasien dan perkembangan rumah sakit.
Salah seorang google review bahkan menulis tentang RSUD Sondosia sebagai RS yang memiliki banyak kekurangan. “Ini pendapat saya, berdasarkan pengalaman saat mengurus keluarga yang sakit di RSU Sondosia ini. Jujur, saya prihatin dengan kondisi RSU sekarang yang menurut saya sangat kurang terurus masalah kebersihan, perawat yang tidak ramah, dan juga fasilitas tidak memadai, ruangannya juga kurang," tandasnya mengutip tulis Aulia setahun yang lalu.
Keadaan saat mengunjungi RS Sondosia, nampak seperti apa yang ditulis reviewer google tersebut. Secara visual, terdapat bangunan lantai dua yang cukup megah di depan, tapi terlihat sepi untuk ukuran sebuah rumah sakit. Bangunan dibelakang banyak yang terkesan tidak terawat, lantai pecah, plafon bolong, parkir kendaraan bahkan sampai di dekat lorong-lorong menuju rawat inap.
Mengomentari keadaan RS, Direktur RSUD Sondosia tetap terlihat optimis. Dirinya mengaku mendapat banyak dukungan untuk menata, mengelola rumah sakit ini agar menjadi rumah sakit yang besar dan maju. Katanya ada banyak dukungan dari berbagai pihak terutama dari masyarakat sekitar Sondosia, Kecamatan Bolo, Madapangga, Donggo, Soromandi dan Woha untuk kemajuan RS. “Ada LSM, ada tokoh masyarakat, kepala desa, teman-teman media juga memiliki harapan yang tinggi untuk pengembangan RS ini. Kami sangat percaya, saat sarana dan SDM khususnya dokter spesialis terpenuhi, maka RS ini akan menguasai pasar RS daerah Bima Selatan bahkan regional Sumbawa Timur”, jelasnya.
Tapi dengan kebersamaan, dukungan pemilik, masyarakat yang peduli termasuk teman-teman media, akan membuat RS Sondosia ini menjadi lebih baik ke depan nya”, lanjutnya.
Menurutnya, saat ini dirinya bersama manajemen lain berusaha meletakan fondasi dasar agar sistim organisasi di RS Sondosia berjalan efektif. Berbagai standar dan sistim pelayanan khususnya bersamaan dengan implementasi BLUD juga sedang disiapkan. Karena terdapat banyak peraturan pelaksana Tata kelola RS BLUD yang harus disiapkan. “Ada banyak SOP dan peraturan pelaksana yang kami siapkan. seperti SOP pelayanan, standar penatausahaan keuangan BLUD, sistim remunerasi dan lain-lain. Sehingga kita tidak lagi menjadi pengelola disini, siapapun penerusnya sudah memiliki sistim kerja yang terstandar. Mumpung masih kecil, masih sedikit pasiennya, kesempatan untuk menyiapkan sistim etika rumah sakit kita sudah besar dan pasiennya membludak. Itu juga sangat dukung penggunaan IT baik untuk pasien BPJS maupun keseluruhan proses di RS ini”, ujarnya.
Tentang kinerja pelayanan pasien BPJS selama semester pertama Tahun 2023, mantan Kepala Seksi Pelayanan kesehatan Rujukan Dinas Kesehatan Kabupaten Bima ini mengaku, kalau secara umum selama semester pertama Tahun 2023 rata-rata mengalami peningkatan. Dibandingkan dengan periode yang sama Tahun 2022 (Januari-Juni) semuanya mengalami peningkatan. Pasien BPJS yang dilayani di kelas III meningkat 52 persen, Ruang Rawat kelas I-II meningkat 151 persen, Ruang rawat Isolasi meningkat 38persen, Klinik (poli) kandungan naik 47persen instalasi laboratorium pasien BPJS meningkat 99 persen Radiologi pasien BPJS meningkat 85 persen”, urainya.
Adanya kecenderungan peningkatan pasien. namun sisi lain membuat direktur dan manajemen RS harus berpikir keras agar fasilitas pendukung dan berbagai sarana yang diperlukan bias disiapkan. “Kita memanfaatkan ruangan dan fasilitas yang ada, namun masih banyak kebutuhan sarana lain yang diperlukan untuk menunjang pelayanan. Fasilitas gedung atau ruangan perawatan pasien, sarana pelengkap kamar operasi, penggantian alat foto radiologi, SIMRS, fasilitas pendukung.
Apalagi dengan adanya tuntutan standarisasi ruang kelas rawat inap standar yang diminta BPJS saat ini, harus segera kami siapkan. "Intinya kami sangat ingin melayani pasien BPJS ini dengan sebaik-baiknya,”pungkasnya. (BT01)