BIMA, BIMA TODAY.--- Anggota DPRD Kabupaten Bima, Edy Muhlis, S. Sos, mengatakan, kenapa Muhammad Putera Ferryandi, SIP, MIP yang dipersoalkan dinasti. Sementara di Kota Bima, Sumbawa, KSB hingga tingkat Provinsi juga ada pemimpin yang dinasti. Tetapi kenapa Yandi saja yang dinaikan kepermukaan isu dinastinya.
Duta Nasdem ini menyampaikan, berbicara dinasti itu hanya berlaku untuk jaman kerajaan dulu. Sekarang Indonesia sudah menganut sistim demokrasi jadi Siapapun anak bangsa memiliki hak yang sama untuk mencalonkan dirinya. "Karena saya tahu hak asasi manusia tidak boleh di hengkang oleh siapapun dan dia bebas memilih dan dipilih,"terangnya.
Dicontohkan oleh mantan wartawan ini, mantan Gubernur Zulkieflimansyah, saat menjabat Gubernur, Adik kandungnya Novi ikut Calon Cakil Bupati di Sumbawa yang hasil pemilihan dimenangkan oleh pasangan mereka dan sekarang ikut Calon Bupati (Cabup) lagi,"urainya.
Kata duta Nasdem lagi, Bupati KSB, Dr.Ir.H.W.Musyafirin, MM, dua periode, sekarang dirinya maju sebagai Calon Wakil Gubernur (Cawagub) NTB, sementara Istrinya Calon Bupati KSB. Umi Rohmi mantan Wakil Gubernur (Wagub) NTB, sekarang jadi calon Wakil Gubernur, kakaknya Mantan Gubernur NTB dua periode. Sementara adiknya di Lombok Timur ikut jadi Calon Bupati.
Di Kota Bima juga sama, Aji Man calon Walikota Bima, adik Kandung H. Qurais mantan Walikota Bima. Sekarang Rian dan Silvi anak kandung H. Qurais terpilih sebagai anggota DPRD Kota Bima.
Di Kabupaten Bima. Ady Mahyudi Calon Bupati Bima masih menganut keturunan H. A. Qurais, istri Adi Mahyudin adik dari H. Qurais H. Abidin mantan Walikota Bima dua periode,"paparnya.
Sambung dia, kalau dilihat dari garis keturunannya, yang menjabat hari ini sampai yang mengikuti kontestasi Pilkada hari ini, semua ada turunannya. "Sangat tidak elok ketika berbicara dinasti hanya ditempatkan pada seseorang tokoh seperti Muhammad Putera Ferryandi. Bicara dinasti adalah bicara hak yang sama, di dalam alam demokrasi ini,"tegasnya.
Masyarakat diharapkan memahami agar tidak terjadi gesekan pemahaman. Karena dinasti tidak berlaku di alam demokrasi ini, semua yang calon ada keturunannya masing-masing. "Saya heran kenapa hanya Yandi yang dipersoalkan dan menanggung dosa isu dinasti yang dimainkan oleh sekelompok orang yang tidak paham seperti apa Dinasti itu sendiri,"tuturnya.
Diimbau kepada masyarakat agar tidak terjebak pada isu dinasti yang justru mendiskreditkan satu orang calon. Sementara dinasti bertubi-tubi di daerah lain. "Mari kita perkuat dengan dukungan, dinasti itu sungguh tidak berlaku di alam demokrasi, demokrasi sudah bebas, kok Yandi yang dipersoalkan akan dinastinya," pungkas dia. (Red)